Periodisasi Seni Tari

Periodisasi Sejarah Tari

Pada dasarnya kesenian terbagi menjadi dua, yakni seni rupa dan seni pertunjukan. Seni tari merupakan cabang seni yang termasuk dalam kategori seni pertunjukan.Seperti halnya cabang kesenian lain, seni tari juga mengalami perubahan, baik fungsi dan jenisnya, dari zaman ke zaman.

. Seni Tari Zaman Pra-Hindu

Karya tari pada masa ini lebih difungsikan untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat magis dan sakral. Tari menjadi ekspresi yang sering dihubungkan dengan kekuatan diluar diri manusia. Seni tari pra-Hindu mendapatkan tempat sesuai dengan tingkat kepercayaan sejak manusia hidup berkelompok.
Dalam hal ini, tarian dianggap sebagai bagian dari daur ulang kehidupan. Atau bisa dikatakan masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra-sejarah. 
Ciri-ciri tarian pada zaman ini, diantaranya menyajikan gerak yang sederhana, hentakan kaki dan tepuk tangan yang cenderung menirukan gerak binatang dan alam.
Penyajian tari diiringi oleh pengiring berupa nyanyian dan suara-suara kuat bernada tinggi. Masyarakatnya juga sudah mengenal alat musik berupa nekara (gendang perunggu). Selebihnya, juga sudah dikenal aksesoris untuk busana tari yang biasanya terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

 Seni Tari Zaman Hindu

Pada zaman ini, kesenian lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India, tidak terkecuali seni tari. Seiring dengan penyebaran agama Hindu dan Buddha di Indonesia, seni tari mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan telah memiliki standarisasi atau patokan.
Natya Sastra karangan Bharata Murni merupakan literatur seni tari pada masa itu. Buku tersebut menjelaskan tentang adanya 64 motif gerak tangan mudra. Motif tersebut dibagi menjadi tiga, diantaranya 24 motif yang terbentuk dari satu tangan, 13 motif dari kedua tangan, serta 27 motif hasil kombinasi kedua motif tangan.
Oleh karena sistem pemerintahan pada zaman ini berbentuk kerajaan, maka lahirlah tari-tarian istana yang berkembang dengan baik karena mendapat perhatian langsung dari raja. Sejarah seni tari di masa kerajaan Hindu juga diabadikan melalui berbagai peninggalan budaya berupa relief yang menghiasi candi-candi.
Ciri-ciri tari pada zaman Hindu, diantaranya : gerakan tari mulai disusun secara sunguh-sungguh, pertunjukan tari difungsikan, serta besarnya perhatian para penguasa terhadap seni tari. Selain itu, tema yang diusung dalam tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana dan Panji.
Seni Tari Zaman Islam
Karya seni tari peninggalan zaman Hindu di Indonesia masih terpelihara dengan baik. Bahkan setelah masuknya Islam ke Indonesia, tari sangatlah berkembang dengan ditandai munculnya beragam varian karya tari. Sejarah seni tari pada masa Islam di Indonesia sangatlah bervariasi yang juga bergantung pada dimana tarian tercipta.
Sebagai misal, di Aceh dan di beberapa daerah Melayu seperti Riau, masing-masing memiliki keunikan tersendiri meskipun tetap mengusung nuansa keIslaman. Lebih detail mengenai sejarah seni tari di lingkup masyarakat Aceh, baca artikel Tari Aceh, sedangkan untuk tarian Melayu bisa dimulai dari membaca Sejarah Tari Zapin.
Di Pulau Jawa, seni tari berkembang dengan sangat baik, terutama dilingkup dua keraton Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat. Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi dimana Keraton Mataram terbagi menjadi dua, selanjutnya ada perjanjian Jatisari.
Pada perjanjian Jatisari tahun 1756 ini ditentukan masa depan kedua kerajaan, termasuk dalam hal warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta memilih mengembangkan apa yang sudah ada. Sementara itu, Kasultanan Yogyakarta memilih melestarikan tradisi yang ada, khususnya tari klasik. Baca Tari Yogyakarta.

 Seni Tari Zaman Penjajahan

Masa penjajahan tidak begitu berpengaruh pada seni tari di lingkungan istana. Di dua keraton Mataram, tarian tetap terpelihara dengan baik. Hanya saja fungsinya sangat terbatas untuk kepentingan upacara istana saja, seperti penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja. Contoh dalam budaya Melayu, baca Tari Zapin Penyengat.
Lain di istana, lain juga dengan tarian yang berkembang di masyarakat. Di kalangan rakyat biasa tari hanya difungsikan untuk hiburan saja. Uniknya, penderitaan rakyat akibat penjajahan turut menjadi ide untuk membuat karya seni bertemakan kepahlawanan. Dalam seni tari, salah satu contohnya adalah Tari Glipang, tari tradisional Probolinggo, Jawa Timur.

Seni Tari Pasca Kemerdekaan – Sekarang

Setelah perkembangannya banyak tersendat di masa penjajahan, seni tari kembali tumbuh subur di masa setelah kemerdekaan. Beragam jenis tari difungsikan kembali, baik tari hiburan maupun tarian upacara. Perkembangan yang sangat pesat, terutama terjadi pada tarian sebagai hiburan.
Banyak sekolah-sekolah seni didirikan, hingga semakin banyak pula bermunculan tari kerasi baru seiring banyaknya koreografer-koreografer muda. Mereka senantiasa mewujudkan pembaruan nilai artistik dan bentuk tari sebagai upaya menambah perbendaharaan karya tari.



Unsur Keindahan Tari



Sebagaimana seni yang lain, seni tari juga memiliki unsur-unsur yang menjadi dasar keindahan sebuah karya seni tari. Unsur-unsur seni tari tersebut diantaranya adalah:

1. Wiraga (Gerak fisik)
Unsur dasar tari adalah gerak fisik atau gerak tubuh manusia. Gerak tidak dapat dipisahkan dengan unsur tenaga, ruang dan waktu. Oleh karena itu, tari merupakan penjabaran dari gerak, tenaga, ruang dan waktu.

Tari (Soedarsono) adalah seni gerak, maka yang paling penting dalam seni tari adalah bagaimana gerakannya. Biasanya, urutan gerak berhubungan dengan perpindahan gerak dari satu gerak ke gerak berikutnya (yang biasanya bersifat sesaat), juga termasuk penuh arti atau tidak, indah atau tidak, dan efisien atau tidak.
Yulianti Parani membagi gerak tari menjadi sepuluh dalam pola pengaturannya adalah sebagai berikut;
  • Gerak sebagai akibat kesadaran dari anggota tubuh atau anggota badan.
  • Gerak sebagai akibat kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
  • Gerak sebagai akibat penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan tangan.
  • Gerak sebagai kesadaran ruang.
  • Gerak sebagai akibat kesadaran pengaliran berat badan dalam ruang dan waktu.
  • Gerak sebagai akibat kesadaran berkelompok.
  • Gerak sebagai akibat bentuk-bentuk tertentu dalam penggunaan tubuh.
  • Gerak sebagai akibat ritme yang bersifat fungsional.
  • Gerak sebagai akibat rasa ringan sehingga ingin lepas dari lantai.
  • Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam suatu gerak mempunyai unsur tenaga, ruang, dan waktu.
  • Tenaga adalah besar kecilnya energi yang dikeluarkan oleh penari untuk melakukan usaha gerak.
  • Ruang adalah tempat penari itu berada (panggung) dan diakibatkan oleh gerak.
  • Waktu adalah satuan waktu untuk membentuk panjang pendeknya gerak.
2. Wirama (Irama/ Iringan Musik)
Dalam tari, irama memegang peranan penting. Irama berperan penting karena menjadi pengatur gerakan penari dalam melakukan gerakan tarinya. Irama menjadi patokan dalam menari untuk memperjelas dan mempertegas gerakan penari sehingga menjadi ritmis dan beraturan. Ada dua macam irama atau iringan dalam tari, yaitu irama internal yaitu irama yang dihasilkan oleh penari itu sendiri seperti bunyi tepuk tangan, hentakan kaki, siulan, jeritan, dan lain-lain. Dan irama eksternal yaitu irama yang berasal dari luar diri penari seperti dari instrumen yang dimainkan secara langsung ataupun rekaman yang sudah ada.

Dalam tari, irama musik mempunyai tiga fungsi, yaitu musik sebagai iringan gerak tari, musik sebagai ilustrasi, dan musik sebagai pemberi suasana. Dalam tari kesesuain dan keselarasan irama atau iringan musik dengan gerakan tari sangat penting. Misalnya, tarian yang bersifat atraktif dan dinamis akan cocok diiringi dengan lagu bernuansa gembira dengan tempo yang cepat.

3. Wirasa (Perasaan)
Wirasa yaitu penghayatan yang dilakukan oleh penari terhadap materi dan jenis tarian. Menari bukan sekedar menggerakkan anggota tubuh, melainkan mengekspresikan nilai seni atau keindahan melalui bahasa gerak bahasa tubuh, dan ekspresi wajah. Dalam melakukan gerakan tarinya seorang penari tidak asal-asalan, penjiwaan dan penghayatan menjadi hal yang wajib bagi penari agar setiap gerakan yang dibawakan memiliki nyawa dan dapat menjelaskan ekspresi dan perasaan tarian yang dibawakan. Ekspresi dalam sebuah tarian mampu mengungkapkan makna tari. Ekspresi dapat diungkapkan melalui gerak, suasana musik, dan perubahan ekspresi wajah penari.

Unsur wirasa akan semakin kuat apabila disertai dengan perasaan dan pendalaman karakter seorang penari dalam situasi perasaan pada tari yang dibawakan. Dengan kombinasi iringan atau irama  yang selaras akan menambah penjiwaan pada tari yang dibawakan.

4. Wicitra (Wujud)
Wicitra yaitu bagaimana keseluruhan gambaran yang dapat diperlihatkan sebagai sebuah keutuhan karya seni. Unsur ke empat ini dibangun dengan padu padan dari tata rias, tata busana, tata lampu, dan tata panggung.

Tata rias adalah membuat garis-garis di wajah sesuai dengan ide atau konsep garapan. Yang dilakukan dalam pengaturan tata rias termasuk juga tata rambut. Tata rias di dalam tari sangat berbeda dengan rias sehari-hari, karena rias di sini berfungsi untuk membantu ekspresi ataupun perwujudan watak si penari. Dengan demikian tata rias di dalam pergelaran bukan hanya sekedar menggarap muka atau tubuh penari supaya cantik atau tampan, akan tetapi harus disesuaikan dengan peranan yang dibawakan oleh penari tersebut.

Tata busana atau kostum haruslah sesuai dengan konsep garapan, baik desain busana ataupun warnanya. Pada prinsipnya tata busana tari sama dengan tata rias, yaitu membantu menghidupkan perwatakan penari. Busana adalah semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh penari di atas pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan.

Tata lampu dalam pergelaran seni sangat dibutuhkan. Pentingnya tata lampu di dalam pergelaran tari, di samping untuk penerangan juga dipakai untuk membentuk suasana yang diperlukan dalam adegan-adegan yang ditampilkan. Dengan demikian seorang penata lampu harus peka terhadap efek yang ditimbulkan akibat pengaturan lampunya.

Tata panggung adalah arena pertunjukan tari yang dipakai untuk pergelaran disesuaikan dengan ide garapan. Pengaturan tempat pertunjukan di sini adalah pengaturan bentuk lantai tari yang akan dipakai untuk pementasan sampai pada dekorasi yang dikenakan atasnya. Yang menjadi tugas pokok penata panggung adalah memberikan kesan kesatuan antara panggung dengan tari yang dipentaskan.

Fungsi Seni Tari
  1. Sarana upacara – tari jenis ini sebagai sarana upacara banyak macamnya, seperti untuk upacara keagamaan atau upacara penting lainya. contohnya adalah tari pendet dari Bali yang digunakan saat upacara keagamaan, para penari membawa bokor yang berisi bunga sebagai sesaji untuk persembahan. Selain itu ada tari Gantar dari Kalimantan, disajikan saat upacara adat selamatan untuk Dewi Sri.
  2. Sarana Hiburan – tari jenis ini tujuannya untuk menghibur penonton, biasanya penonton yang ikut terhibur juga ikut menari karena lagunya enak dan mengasyikkan. Contoh tari hiburan adalah tari Tayub dari Jawa Tengah, ini adalah tari hiburan yang dipertunjukkan sehabis panen. Contoh lainnya ada juga tari Giring-Giring dari Kalimantan, tari Serampang Duabelas dari Sumatera dan tari Maengket.
  3. Sarana Penyaluran Terapi – tari jenis ini ditunjukkan untuk yang berkebutuhan khusus seperti penyandang cacat fisik. Penyalurannya dilakukan secara langsung  dan tidak langsung.
  4. Sarana Pendidikan -tari jenis ini mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang melanggar norma-norma.
  5. Sarana Pergaulan -tari jenis ini merupakan tari yang melibatkan beberapa orang. maka dari itu kegiatan itu bisa berfungsi sebagai sarana pergaulan
  6. Sarana Pertunjukkan -tari jenis ini dipentaskan atau dipertunjukkan dengan persiapan yang matang dari segi artistik, koreografi, interpretasi, konsepsional dan tema yang menarik. Tari pertunjukkan juga mempunyai peran untuk mengembangkan pariwisata daerah. Salah satu contohnya adalah Sendratari Ramayana yang dipertunjukkan untuk menarik para wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
  7. Sarana Katarsis – katarsis artinya pembersihan jiwa. Seni tari ini sebagai sarana katarsis yang mudah dilaksanakan oleh orang-0rang yang mempunyai penghayatan seni mendalam seperti para seniman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ragam Gerak

Jenis Seni Tari